Bertahan Dengan Rilisan Fisik di Era Rilisan Digital
-Anamatope, Medan- Mungkin sebagian orang setuju musik merupakan setengah dari hidup mereka. Hampir semua kegiatan pasti ditemani oleh musik. Entah itu sambil ngerjain tugas, masak maupun sambil galau di kamar sendiri. Tiap-tiap orang juga berbeda cara mendengarkan musik tersebut. Ada melalui platform musik digital dan ada pula melalui rilisan seperti CD, kaset, maupun piringan hitam.
Di jaman sekarang yang bisa dikatakan sudah memasuki era digital, ternyata masih banyak juga yang membeli dan mendengarkan musik melalui rilisan fisiknya. Entah itu karena emang suka sama Artwork yang ditampilkan, menghargai musisi kesayangan, maupun sekedar untuk barang koleksi saja.
Namun tak banyak juga para anak-anak muda menikmati musik melalui digital karena mereka merasa akses yang lebih muda dan fleksibel. Contohnya Aya (22) mengatakan ia lebih senang mendengarkan musik melalui platform musik digital karena begitu mudah di akses.
�Ya memilih digital, karena lebih mudah di akses aja.� Kata Aya.
Hal senada juga disampaikan oleh El (21) ia lebih memilih mendengarkan musik melalui platform musik digital karena fleksibel dan ia merasa untuk mendengarkan rilisan fisik butuh alat-alat yang mendukung seperti pemutar musik dan speaker.
�Lebih senang mendengarkan lagu melalui Digital sii, karena lebih fleksibel aja. Bisa di dengarkan dimana aja dan kapan aja. Kalau fisik kan kita harus ada alat-alat yang mendukung itu� ujarnya.
Salah satu musisi Kota Medan, Rizki Nugroho alias NUH, beranggapan bahwa untuk fungsi distribusi rilisan fisik di era sekarang uda ga terlalu penting dan relevan. Ia beranggapan rilisan fisik sudah bukan untuk fungsi distribusi, melainkan hanya untuk fans service saja.
�kalau menurutku kan dilihat dari secara fungsi distribusi rilisan fisik ga terlalu dan relevan sekarang ini.� balasan Rizki ketika kami mencoba menghubungi via WhatsApp. �Jadi fungsi rilisan fisik itu udah bukan ke fungsi distribusi untuk musik kita didengar, lebih ke fungsi fans service gitu.� tambahnya.
Mengenai rilisan fisik, Anamatope berkesempatan untuk mewawancara salah satu pemilik toko musik terbesar di Kota Medan yaitu Hansen Teo dengan tokonya bernama ET. 45. Siapa yang tidak tahu ET. 45, hampir semua masyarakat Kota Medan terkhususnya para pecinta musik pasti tahu ET. 45. Toko musik satu satunya di Medan yang masih bertahan menjual rilisan fisik dari musisi luar maupun dalam negeri.
Saat diminta tanggapan tentang seberapa penting musisi zaman sekarang merilis rilisan fisik, Hansen sangat tegas mengatakan bahwa seberapa terkenalnya musisi tetaplah harus ada rilisan fisiknya sebagai bentuk warisan musisi tersebut.
�Sangat-sangat penting, kita belajarlah dari luar negeri. Mereka, Amerika yang menciptakan youtube, menciptakan apple music tapi tetap mereka juga artis disana mengeluarkan fisik untuk legacynya� jawab Hansen pada acara Peluncuran Medan Arthouse di Kafka Space pada Sabtu (06/05).
Hansen berpesan kepada para penikmat musik jangan hanya menjadi penikmat yang easy come easy go, namun jadilah penikmat musik yang mengikuti segala update tentang musisi dan juga mengoleksi rilisan fisik musisi tersebut sebagai bentuk mengapresiasi karya tersebut.
Comments
Sign in to join the conversation
No comments yet.
Be the first to share your thoughts!