Catatan Bola Yulhasni: Rian, Sang Pemutus Penantian 42 Tahun

anamatope
Catatan Bola Yulhasni: Rian, Sang Pemutus Penantian 42 Tahun
Ilustrasi/Foto: Catatan Bola Yulhasni: Rian, Sang Pemutus Penantian 42 Tahun

KEMENANGAN Indonesia lawan Kuwait 2-1 tadi malam tentu bukan hanya memberi harapan untuk mampu lolos ke Piala Asia 2023, tetapi sekaligus memecahkan rekor 42 tahun tidak pernah menang lawan negara kaya minyak ini. Terakhir kali Timnas Indonesia menang atas Kuwait pada 1980. Kala itu bermain di ajang Turnamen Kemerdekaan yang berlangsung di Malaysia, Timnas Indonesia menang dengan skor yang sama 2-1 atas Juara Piala Asia Tahun 1980 ini.

Kemenangan di Stadion Jaber Al Ahmad yang menjadi markas Kuwait dengan status underdog menjadi istimewa bagi Indonesia. Sebelum laga, hampir semua media di Kuwait meremehkan Indonesia. Salah satu media Kuwait, Al Anbaa memprediksi Kuwait akan melenggang ke putaran final Piala Asia 2023. Tidak hanya itu, sebagai bentuk purang urat syarat, media ini menyebut melawan Indonesia pelatih Kuwait, Vitezslav Lavicka tidak akan menurunkan skuad terbaiknya.

��Sudah jelas bahwa Coach Lavicka tidak akan menurunkan pemain terbaiknya di laga perdana dan akan membagi tenaga para pemain ke tiga pertandingan babak grup,� klaim media itu, Selasa (7/6/2022). Tetapi buntut dari kekalahan tersebut, media Kuwait lainnya Al Jarida balik mengkritik habis permainan tim mereka.

Kekalahan tersebut pasti mereka sesalkan, apalagi menyebut salah satu pemain Indonesia, Rachmat Irianto. Rian, begitu panggilan pemain bertinggi badan 173 cm ini, menjadi pembeda pada pertandingan tersebut. Selain jadi aktor di balik hadiah penalti yang didapat Indonesia, Rian juga berperan penting untuk mencetak gol kedua Indonesia di menit 47. Boleh dikata, Rian layak disebut �man of the match� dalam laga tersebut. Rian pun jadi pemutus penantian 42 tahun kemenangan atas Kuwait.

Rian adalah pemain asli Surabaya jebolan kompetisi internal Persebaya. Dia dididik bersama Indonesia muda sebelum masuk skuad Persebaya senior di usia 17 tahun pada 2017. Rian ikut membawa Bajul Ijo, julukan Persebaya menjuarai Liga 2 2017 sekaligus promosi ke Liga 1 2018. Kualitasnya yang di atas rata-rata membuatnya menembus Timnas Indonesia U-19 arahan Indra Sjafri, bahkan ditunjuk sebagai kapten dalam Piala AFF U-19 2017 di Myanmar. Statusnya sebagai putra Bejo Sugiantoro, legenda Persebaya, membuat Rian menjaga loyalitas bersama Bajul Ijo. Di musim 2021/2022, dia pun ditunjuk sebagai kapten tim masih di usia yang belia, yakni 21 tahun. Kini, pemain serba bisa ini akan bergabung dengan Persib Bandung pada Liga 1 musim depan.

Tentu saja Rachmat Irianto bukan satu-satunya pemain �pintang� di balik kemenangan Indonesia kemarin. Pelatih Shin Tae Yong (STY) melakukan perubahan dengan formasi 3-4-3 pasca ditahan imbang Bangladesh dalam laga ujicoba sebelum berangkat ke Kuwait. Posisi Asnawi yang belum pulih betul diserahkan ke Rachmat Irianto dan Pratama Arhan yang diplot membantu gelandang Ricky Kambuaya dan Marc Klok, posisinya diisi Elkan Baggott.

Jalannya pertandingan memang diluar prediksi. Indonesia yang diperkirakan akan bermain bertahan untuk terhindar dari kekalahan mencolok justeru tampil lepas. Babak pertama Indonesia mampu menahan gempuran Kuwait dan sesekali mengandalkan serangan balik meski di menit ke-40 kecolongan oleh sundulan Yousef Nasser dan dibalas Indonesia lewat eksekusi penalty Marc Klok menit ke-47. Masuknya Witan Sulaeman menggantikan Irfan Jaya di babak kedua kemudian jadi pembeda. Hanya M Rafli yang menggantikan Stefano Lilipaly yang tidak berperan apapun sehingga hanya bermain sebentar lantas diganti Dimas Drajad.

Kemenangan ini penting bagi Indonesia untuk menatap kembali berkiprah di ajang babak final Piala Asia 2023 setelah 16 tahun tak pernah lolos. Tentu saja target juara grup kini menjadi pilihan utama setelah sebelumnya hanya mengincar satu runner up terbaik dari 5 yang dijatah yang disediakan Konfederasi Sepakbola Asia (AFC). Jika mampu menang lawan Yordania dan Nepal, Indonesia dipastikan akan lolos otomatis sebagai juara grup. Hanya saja melawan Yordania yang kini menghuni peringkat 91 FIFA bukan pekerjaan mudah buat pelatih STY. Maka pilihan realistis adalah mengalahkan Nepal dengan selisih gol lebih banyak. Bahkan bagi Anda yang mencintai Timnas Indonesia, juga sangat realistis menonton pertandingan kontra Yordania (12/6) dan Nepal (15/6) yang ditayangkan pukul 02.15 wib dinihari. Jangan hanya nonton Liga Champions dan liga-liga Eropa saja anda sampai rela begadang sampai dinihari!

Comments

Sign in to join the conversation

No comments yet.

Be the first to share your thoughts!


Trending

Logo

Ikuti Kami

© 2025 anamatope. All rights reserved.