TROPIC FEVER: Kisah di Balik Perkebunan Era Kolonial Belanda di Sumatera

Angel Sisilia
TROPIC FEVER: Kisah di Balik Perkebunan Era Kolonial Belanda di Sumatera
Ilustrasi/Foto: TROPIC FEVER: Kisah di Balik Perkebunan Era Kolonial Belanda di Sumatera

-Anamatope, Medan- Tropic Fever merupakan hasil proyek film kolaboratif oleh Robin Hartanto, Mahardika Yudha dan Perdana Roswaldy. Film ini diangkat berdasarkan penemuan - penemuan Robin Hartanto sang sutradara selama menjalankan riset disertasinya mengenai perkebunan.

Film ini tayang perdana pada festival film DOK Leipzig di Jerman pada bulan Oktober 2022, dan tayang secara terbatas di beberapa kota Indonesia.

Robin Hartanto (kiri) sang sutradara dari film "Tropic Fever". Sumber foto: Anamatope/Hatta Trinata

Dengan berdurasi 59 menit, film ini berisikan monolog berdasarkan buku semi-otobiografi yang ditulis oleh L�szl� Sz�kely, seorang Hungaria yang bekerja beberapa tahun sebagai manajer perkebunan di Sumatera. Tropic Fever menyandingkan narasi sastra dengan didukung oleh arsip visual perkebunan Sumatera yang diperoleh dari berbagai institusi Belanda.

Kisah dan derita para penduduk Indonesia yang bekerja dengan tuan - tuan dari Belanda sangat jelas tergambar di film ini. Perbedaan kasta yang jauh membekaskan derita dan siksa hingga berbagai penyakit bekas peninggalan perkebunan yang terbengkalai.

Alur yang disajikan terstruktur dengan menampilkan sejarah munculnya perkebunan di Sumatera hingga rentetan dampak yang terjadi sehingga dinamakan Tropic Fever. Beberapa scene dari arsip visual ditampilkan mencolok dengan efek warna, berhasil melahirkan suasana mencekam. Sound effect yang digunakan turut mendukung narasi monolog dengan sudut pandang �aku� dari buku tersebut.

Walaupun film ini hanya menampilkan potongan potongan arsip visual dan film namun film Tropic Fever cukup menggambarkan situasi perkebunan di Sumatera pada era kolonial Belanda tersebut.

Tropic Fever berhak diacungi jempol dengan proses pembuatan film yang cukup singkat, yaitu sekitar 2 tahun. Sayangnya film ini hanya disajikan dengan subtitel bahasa Inggris yang sedikit mempersulit para penonton untuk memahami narasi film. Padahal Tropic Fever sangat bagus dengan menceritakan sisi lain dari perkebunan Sumatera yang masih kurang disorot di dalam ruang lingkup sejarah.

Comments

Sign in to join the conversation

No comments yet.

Be the first to share your thoughts!


Trending

Logo

Ikuti Kami

© 2025 anamatope. All rights reserved.